Pages

Minggu, 25 Mei 2014

Biografi Benazir Bhutto



    Benazir Bhutto (kelahiran Karachi, Pakistan, 21 Juni 1953) merupakan wanita pertama yang memimpin sebuah negara Muslim di masa pasca kolonial. Benazir yang karismatis terpilih sebagai Perdana Menteri Pakistan pada tahun 1988, namun 20 bulan kemudian, kekuasaannya dijatuhkan oleh presiden negara itu yang didukung militer, Ghulam Ishaq Khan, yang secara kontroversial menggunakan Amandemen ke-8 untuk membubarkan parlemen dan memaksa diselenggarakannya pemilihan umum. Benazir terpilih kembali pada tahun 1993, namun tiga tahun kemudian diberhentikan di tengah berbagai skandal korupsi oleh presiden yang berkuasa waktu itu, Farooq Leghari, yang juga menggunakan kekuasaan pertimbangan khusus yang diberikan oleh Amandemen ke-8.

     Benazir adalah anak sulung dari mantan Perdana Menteri Pakistan, Zulfikar Ali Bhutto (yang digantung oleh pemerintah militer Pakistan di bawah keadaan luar biasa) dan Begum Nusrat Bhutto, seorang suku Kurdi Iran. Kakek dari pihak ayahnya adalah Sir Shah Nawaz Bhutto, seorang Sindhi dan tokoh penting dalam gerakan kemerdekaan Pakistan.

     Benazir belajar di Taman Kanak-kanak Lady Jennings dan kemudian di Convent of Jesus and Mary di Karachi. Setelah dua tahun belajar di Rawalpindi Presentation Convent, ia dikirim ke Jesus and Mary Convent di Murree. Ia lulus ujian O-level (dalam sistem pendidikan Inggris, setara dengan SMA kelas 1). Pada bulan April 1969, ia diterima di Radcliffe College, Universitas Harvard. Bulan Juni 1973, Benazir lulus dari Harvard dengan gelar dalam ilmu politik. Ia juga terpilih sebagai anggota Phi Beta Kappa. Ia kemudian masuk ke Universitas Oxford pada musim gugur 1973 dan lulus dengan gelar Magister dalam bidang Filsafat, Politik, dan Ekonomi. Ia terpilih menjadi Presiden dari Oxford Union yang bergengsi.

     Setelah menyelesaikan pendidikan universitasnya, Benazir kembali ke Pakistan, tetapi karena ayahnya dipenjarakan dan kemudian dihukum mati, ia dikenakan tahanan rumah. Setelah diizinkan kembali ke Inggris pada tahun 1984, ia menjadi pemimpin Partai Rakyat Pakistan (PPP), partai ayahnya, di pengasingan, namun ia tidak dapat membuat kekuatan politiknya dapat dirasakan di Pakistan hingga wafatnya Jenderal Muhammad Zia-ul-Haq.

    Tanggal 16 November 1988, dalam sebuah pemilihan umum terbuka pertama dalam waktu lebih dari sepuluh tahun, partai Benazir, PPP, berhasil mendapat jumlah kursi terbanyak di Dewan Nasional. Benazir diambil sumpahnya sebagai Perdana Menteri sebuah pemerintahan koalisi pada 2 Desember 1988 dan dengan usia 35 tahun ia menjadi orang termuda serta perempuan pertama yang memimpin sebuah negara dengan mayoritas rakyatnya beragama Islam di zaman modern.

    Setelah dipecat oleh presiden Pakistan saat itu dengan tuduhan korupsi, partai Benazir kalah dalam pemilihan umum yang diselenggarakan di bulan Oktober. Ia menjadi pemimpin oposisi sementara Nawaz Sharif menjadi perdana menteri selama tiga tahun berikutnya. Ketika pemilihan umum Oktober 1993 kembali diadakan, yang dimenangkan oleh koalisi PPP, yang mengembalikan Bhutto ke dalam jabatannya hingga 1996, ketika pemerintahannya sekali lagi dibubarkan atas tuduhan korupsi.

    Benazir dituduh melakukan korupsi namun belakangan namanya dibersihkan. Ia juga dituduh melakukan pencucian uang negara di bank-bank Swiss, dalam sebuah kasus yang masih tetap berada di pengadilan Swiss. Suaminya, Asif Ali Zardari, mendekam selama delapan tahun di penjara, meskipun ia tidak pernah terbukti bersalah. Ia ditempatkan di sebuah tahanan tersendiri dan mengaku mengalami siksaan. Kelompok-kelompok hak-hak asasi manusia juga mengklaim bahwa hak-hak Zardari telah dilanggar. Mantan perdana menteri Nawaz Sharif baru-baru ini meminta maaf atas keterlibatannya dalam penahanan yang berkepanjangan atas Zardari dan kasus-kasus yang diajukan melawan Benazir. Zardari dibebaskan pada bulan November 2004.

     Benazir sejak tahun 1999 tinggal dalam pengasingan di Dubai, Uni Emirat Arab dan di sana ia mengasuh anak dan ibunya yang menderita penyakit Alzheimer. Ia juga berkeliling dunia untuk memberikan kuliah dan tetap menjaga hubungannya dengan para pendukung Partai Rakyat Pakistan.

    Benazir dan ketiga orang anaknya (Bilawal, Bakhtawar, dan Asifa) dipersatukan kembali bersama suami serta ayah mereka pada bulan Desember 2004 setelah lebih dari lima tahun terpisah. Benazir telah bersumpah untuk kembali ke Pakistan dan mencalonkan diri kembali sebagai Perdana Menteri dalam pemilihan umum yang dijadwalkan pada November 2007 mendatang. Tanggal 18 Oktober 2007, ia kembali ke Pakistan untuk mempersiapkan diri mengahadapi pemilu. Dalam perjalanan menuju sebuah pertemuan, dua buah bom meledak di dekat rombongan yang membawanya. Benazir selamat, namun sedikitnya 126 orang tewas dalam peristiwa tersebut.

 Biodata :

 Lahir             : Karachi, Pakistan, 21 Juni 1953
 Jabatan         : Mantan Perdana Menteri Pakistan
 Partai Politik : Partai Rakyat Pakistan (PPP)
 Ayah            : Zulfikar Ali Bhutto 
 Suami           : Asif Ali Zardari  

Pendidikan :

* Taman Kanak-kanak Lady Jennings
* Convent of Jesus and Mary di Karachi
* Rawalpindi Presentation Convent
* Jesus and Mary Convent di Murree
* Gelar dalam Ilmu Politik dari Radcliffe College di Universitas Harvard (April 1969 - Juni 1973)
* Gelar Magister dalam Filsafat, Politik, dan Ekonomi dari Universitas Oxford (Lulus Tahun 1973)

Karir : 
  
* Ketua Pakistan People Party, 1982 - 2007
* Perdana Menteri Pakistan, 1993 - 1996
* Perdana Menteri Pakistan, 1988 - 1990
* Ketua Oposisi Pakistan, 1996 - 1999
* Ketua Oposisi Pakistan, 1990 - 1993
* Menteri Keuangan Pakistan, 1994-1996
* Menteri Pertahanan Pakistan, 1988-1990

Buku :

* Benazir Bhutto, Foreign Policy in Perspective (1978)
*Benazir Bhutto, The Way Out : Interviews, Impressions, Statements, and Messages, Mahmood  Publications (1988)
* Benazir Bhutto, Daughter of The East, Hamish Hamilton (1989)
* Benazir Bhutto, Daughter of Destiny, Simon and Schuster (1989)
* Benazir Bhutto, Benazir Bhutto Defends Herself, Rhotas Books (1990)
* Benazir Bhutto, Issues in Pakistan, Jang Publishers (1993)

Sumber : 
http://kolom-biografi.blogspot.com/2010/03/biografi-benazir-bhutto.html
 

 

  
 
 
 
 



 



Rabu, 23 April 2014

Suatu Keputusan





Untuk tugas kali ini berbicara tentang keputusan terberat yang pernah saya ambil. Sejauh ini mungkin keputusan terberat yang pernah saya ambil yaitu ketika saya ingin memilih jurusan, karena yang namanya kuliah merupakan penentu untuk masa depan. Saat itu karena saya tidak diterima di perguruan tinggi negeri, jadi otomatis saya memilih perguruan tinggi swasta yang tentunya tidak terlalu jauh. Pada saat itu pilihan saya ada 2 yaitu antara Trisakti School of Manajemen (TSM) yang ada di Bekasi dengan tentunya memilih jurusan Manajemen atau Universitas Gunadarma yang terkenal dengan ilmu komputernya yang nantinya saya akan memilih jurusan Sistem Informasi. Nah, disini saya merasa bingung, karena ke dua jurusan yang saya pilih sangat berguna untuk di dunia kerja nanti. Pada awalnya saya sangat condong untuk memilih jurursan manajemen, lagi pula di TSM jika nilai bagus, untuk S1 kita bisa hanya berkuliah 3,5 tahun saja. Tetapi karena orang tua, terutama Ayah lebih setuju jika saya berkuliah di jurusan Sistem Informasi yang ada di Universitas Gunadarma dan juga saya sudah banyak bertanya tentang jurusan tersebut kepada senior senior yang saya kenal maka saya pilihlah jurusan itu. Balik lagi, setiap keputusan pasti ada dampak yang akan kita terima. Bagi saya dampak yang saya ambil saat akhirnya memilih jurusan Sistem Informasi, mungkin pada awalnya saya merasa asing dengan istilah istilah komputer dan tentang pemrograman, bahkan saya merasa sangat kesulitan sampai sampai saya merasa salah memilih jurusan. Tapi lama kelamaan saya jalani, saya mulai mengereti sedikit demi sedikit bahkan pemrograman yang sering diberikan terasa sudah makanan sehari hari bagi anak Sistem Informasi.

Selasa, 18 Maret 2014

Cerita..Cerita..

Kali ini saya mau cerita pengalaman saya sekaligus me-riview sebuah tempat wisata. Jadi tepatnya saya berlibur ke pantai Sawarna yang terletak di provinsi Banten. Mungkin banyak yang masih asing mendengar namanya, tapi disinilah kelebihannya. Karena masih banyak yang belum tahu tempat ini jadi keindahannya masih terjaga, pantainya juga masih bagus tidak banyak sampah yang berserakan.
Namun sayangnya keindahan tempat ini tidak didukung dengan akses yang baik untuk menuju ke pantainya. Jadi bisa dikatakan Pantai Sawarna sendiri terletak didalam sebuah perkampungan. Nah, untuk menuju ke perkampungan tersebut hanya ada satu akses yaitu melewati sebuah jembatan gantung yang hanya bisa di lalui oleh pejalan kaki dan motor. Jarak dari jembatan ke pantainya sendiri kurang lebih 7 km.
Untuk pengunjung yang membawa mobil, bisa diparkir di pinggir jalan yang akhirnya membuat jalan menjadi macet, apalagi waktu itu saya kesana waktu libur lebaran jadi bisa dibayangin macetnya seperti apa. Untuk jalan ke jembatannya juga harus antri karena kondisi jembatannya yang sempit jadi harus berganti gantian. Waktu itu juga saya berniat untuk menginap di sana jadi saya melewati jembatan itu sambil membawa tas baju yang lumayan berat.
Rumah di dalam perkampungan tersebut kebanyakan sudah beralih fungsi menjadi penginapan yang sediakan untuk para pengunjung. Ada juga yang menyediakan hotel hotel kecil atau cottage untuk menginap. Untung waktu itu saya kedapatan tempat menginap didekat pantai. Memang akses nya sedikit susah tapi begitu melihat pantainya semua terbayar sudah. Karena memang pantai disana masih bersih, ombaknya bagus, pengunjungnya juga tidak terlalu padat, jadi kita masih bisa menikmati keindahan pantainya.
Mungkin itu saja pengalaman yang bisa saya bagi kepada anda, saya berharap pengalaman saya ini bisa dijadikan persiapan anda untuk berlibur disana :)