Ditemukannya
alat pembunuh kanker oleh Prof Dr Warsito Purwo Taruno membuat geger dunia
medis, tidak hanya di Indonesia bahkan sampai mancanegara. CTECH Labs (Center
for Tomography Research Laboratory) Edwar Technology, Ruko Perumahan
Modernland, Tanggerang, Banten, pun kini setiap hari kerja, yakni Senin-Jumat
didatangi puluhan pasien kanker yang ingin menyembuhkan diri dari gerogotan
penyakit mematikan ini.
Adalah Prof Dr
Warsito Purwo Taruno, penemu alat berbasis medan listrik pembunuh kanker ini.
Alat ini menggunakan tenaga listrik sekitar 3 volt.
Warsito bersama
puluhan stafnya mengumpulkan data mengenai efek dari ciptaannya terhadap
penderita kanker. Kini ia tengah mengumpulkan syarat-syarat, agar alat tersebut
mendapatkan clearance dari Badan penelitian dan Pengembangan Kesehatan
(Balitbangkes) Kementerian Kesehatan, sehingga penggunaan alat tersebut bisa
disejajarkan dengan kemoterapi ataupun radiasi di rumah sakit.
Walaupun belum
mendapatkan clearance, Warsito mengaku sudah menjalin kerja sama dengan
jaringan rumah sakit di India. Selain tu sejumlah pengusaha dari dalam maupun
luar negeri juga sudah mengajukan tawaran untuk mengembangkan alat tersebut,
namun belum satu pun yang tawarannya ia terima.
Warsito mengklaim
alat bertenaga listrik untuk terapi kanker ciptaannya merupakan satu-satunya
alat pembunuh seluruh sel-sel kanker pada tubuh manusia. Daya sembuh alat ini
jauh lebih efektif dari kemoterapi dan radiasi yang harganya bisa mencapai
ratusan juta rupiah.
Ia mengatakan
alat yang ia ciptakan memberikan efek samping, yakni sel kanker yang mati di
tubuh pengguna alat ciptaannya, akan dikeluarkan melalui sejumlah pembuangan,
misalnya fases, urine, keringat, ketombe, kotoran telinga hingga air liur.
Pengguna yang ingin
menggunakan alat ini harus membawa rekam
medis dari rumah sakit, tentang kondisi kanker yang diderita. Rekam medis
tersebut bisa berupa hasil Computerized Tomography (CT scan), pemanfaatan
Magnetic Resonance Imaging (MRI) untuk melakukan pencitraan diagnosis penyakit
pasien, maupun ultrasonography (USG).
Menurut Warsito,
data-data tersebut akan diinterpretasikan sejumlah staf di bagian fisika medis,
untuk memutuskan jenis alat apa yang cocok digunakan sang penderita kanker. Ctech Labs Edwar
Technology, menyediakan sekitar 50 buah alat pembunuh kanker. Ada alat
menyerupai celana pendek untuk menyembuhkan kanker rahim, penutup dada untuk
kanker payudara, helm untuk kanker otak, selimut untuk kanker darah, hingga
masker untuk kanker mulut.
Alat yang di produksi
tersedia dalam berbagai ukuran, yang disesuaikan dengan ukuran tubuh Asia.
Namun tetap saja, pengukuran harus dilakukan pada setiap orang, mengukur tubuh
spesifik calon pengguna, untuk disesuaikan dengan alat. Jika tidak ada
penyesuaian, maka pada hari itu juga ia bisa mengakses alat ciptaan Warsito
tersebut. Setelahnya, sang penderita kanker akan diberi pengarahan mengenai
berapa lama alat tersebut harus dikenakan.
Alat-alat
seharga kira-kira Rp 4 juta itu, akan dipinjamkan selama enam bulan. Menurut
Warsito angka tersebut sudah cukup murah, mengingat tarif pengobatan dengan
kemoterapi maupun radiasi satu paketnya bisa mencapai ratusan juga. Bagi yang
kurang mampu maka akan mendapat keringanan yaitu diberi diskon sampai 70% jika
mereka mambawa SKTM (Surat Keterangan Tidak Mampu).
Selama pemakaian
alat itu, pasien dilarang untuk mengkonsumsi makanan dengan kadar hormon
tinggi, termasuk kerang, udang, cumi-cumi. Pasien juga diminta untuk rutin
memeriksakan kesehatannya ke rumah sakit, lalu melaporkannya ke pihak
"Edwar Technology" untuk dipantau perkembangannya, dan melakukan
penyesuaian alat bila perlu.
Umumnya setelah
enam bulan bisa terlihat hasilnya, walaupun banyak juga yang sebelum enam bulan
sudah dinyatakan sembuh total. Rekor
penyembuhan tercepat dialami seorang perempuan berumur sekitar 35 tahun,
penyandang penyakit kanker payudara stadium tinggi. Setelah tiga minggu
menggunakan alat ciptaanya, perempuan tersebut dinyatakan bebas dari kanker.
sumber : http://www.tribunnews.com/kesehatan/2012/11/20/alat-pembunuh-kanker-diminati-pasien-dari-luar-negeri